WARUNG GLOBAL SELASA 15 SEPTEMBER 2020
TOPIK : DESA ADAT AGAR MEMASTIKAN TIDAK ADA TAJEN
EDITOR : SIKHA P
Perputaran uang di Arena Tajen memang besar, banyak pelaku yang diuntungkan dari arena tajen tersebut. Namun, momen tajen di saat pandemic Covid-19 menjadi sebuah keprihatinan. Bagaimana tidak? Arena tajen selain mendatangkan uang, juga mendatangkan massa sekaligus mengundang virus yang menjadikan arena tajen sebagai klaster penyebaran Covid-19. Untuk itu, Desa Adat berperan memastikan tidak ada tajen di wewidangan desa adatnya masing-masing
Sebagai warga Masyarakat bali, Fera di Tabanan sangat menyayangkan jika masyarakat masih saja berkerumun apalagi menggelar judi tajen. Meskipun di arena tajen banyak perputaran uang , banyak yang cari makan disana, saat musim corona sebaiknya ditunda dulu
Wayan Petran di Kintamani juga sepakat, agar Desa Adat di wewidangan desa adat memastikan agar tak ada kerumunan. Jangan hanya menunggu laporan dari masyarakat tapi turun ke lapangan. Bukankah kita ingin pandemic ini cepat berakhir? Jadi harus disiplin terapkan prokes.
Sementara Ireng di Bajera menyarankan jika hal-hal yang dilakukan melanggar hukum, berikan tindakan tegas jangan pandang bulu. Jika pemerintah ingin segala peraturan dijalankan oleh rakyat di bawah, beri contoh dengan dengan baik agar masyarakat tidak apatis. Di masa pandemic ini ia sendiri menyarankan agar kita semua tetap menaati aturan yang ada.
Sementara Nyoman Mastra di Gianyar berpendapat bahwa tajen merupakan rangkaingan yadnya jadi tak ada pelarangan. Ia justru menuding jika yang melarang tajen itu tak paham maknanya karena berhubungan dengan upacara dan budaya.
Pendapat lainnya disampaikan Kaka Dimas di Jimbaran, hiburan masyarakat kecil untuk menghilangkan stress dengan tajen, itu memakai uang sendiri bukan korupsi. (sik)